Rabu, 15 Januari 2014

K. CAGAR BUDAYA BATU TULIS CITAPEN RAJADESA

Guratan Jari Tangan Batutulis Citapen          
Tulisan di Batutulis Citapen


BATU TULIS (ROCK ART) CITAPEN , merupakan salah satu peninggalan dari manusia Purba jaman Pliosen Bawah ( 700.000 s/d 1.000.000 tahun yang lalu ). Arkeologi ternama dari Belanda KROM pernah berkunjung ke situs ini pada tahun 1914.
Lalu dari Team Balai Arkeologi Bandung yang di ketuai oleh Drs. Nanang Saptono juga pernah menelitinya. Terakhir adalah Prof Dr.Michael Morwood dari Departement Of Archeology & Palaenthopology , Australian New South Wales University pernah berkunjung kesini.
Memang di wilayah Rancah - Ciamis banyak sekali peninggalan- peninggalan jaman purba diantaranya :
1. Gigi taring manusia purba di Tambaksari , Rancah - Ciamis , dengan ciri - ciri Otak sekitar 1.100 cc tak punya dagu dan kening ( lebih tua dari usia fosil di Gua Pawon , Padalarang yang volume otak sudah agak besar yaitu sekitar 1.600 cc dan sudah mempunyai dagu dan kening dan hidup sekitar 6000 s/d 7000 tahun yang lalu ).
2. Fosil hewan Vertebrata berupa rahang dan taring dari Hippopotamus ( Kuda Nil )
3. Peralatan Manusia Purba (Paleolitik) seperti Kapak Perimbas dan Kapak Penetak. Kebetulan dahulu kakek saya juga pernah memiliki kapak jenis ini dengan warna Hijau Muda (seperti Giok Korea) dan penduduk di Rancah menyebutnya Gigi Petir yang tertinggal sewaktu menyambar Bumi .
Dengan berkunjung ke Situs Batutulis Citapen ini, saya yang tadinya hanya menyenangi Peninggalan-peninggalan Sunda dari Jaman Sejarah saja sekarang juga menjadi menyenangi peninggalan jaman Prasejarah.



I. CAGAR BUDAYA JAMBANSARI

Arca-arca


Di tengah kota Ciamis tepatnya di Jl. Achmad Dahlan, lingkungan Rancapetir, Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis, tepatnya pada koordinat 07º19'48,7'' LS dan 108º20'54,2'' BT. terdapat komplek makam yang dikenal dengan nama Jambansari. Situs ini berada pada ketinggian 233 m di atas permukaan laut. Sekitar komplek merupakan pemukiman penduduk kecuali di sebelah selatan yaitu berupa sawah. Situs ini merupakan kompleks makam Raden Adipati Aria Kusumadiningrat, Bupati Ciamis ke-16, yang berkuasa dari tahun 1839 - 1886. Situs berada di lahan seluas 4 hektar. Pada lahan tersebut selain terdapat kompleks makam juga terdapat tanah persawahan. Komplek makam Bupati Ciamis yang dikelola oleh Yayasan Kusumadiningrat ini dibangun pada tahun 1872.
Kompleks Jambansari dikelilingi pagar tembok yang tingginya sekitar 2 m. Pintu gerbang untuk masuk ke kompleks makam Jambansari berada di sisi timur, dengan bentuk bangunan seperti telor. Untuk masuk ke komplek makam melewati tangga trap. Di tengah komplek makam terdapat bangunan cungkup yang sangat kuat terbuat dari kayu jati. Atap cungkup berbentuk limas. Di dalam cungkup tersebut terdapat makam Kanjeng Prebu  R.A.A. Koesoemadiningrat, Bupati Galuh Ciamis. Di sekeliling pemakaman terdapat beberapa makam kerabat dan para keturunan Prebu. 
Di dalam Komplek terdapat bangunan penyimpanan benda-benda pusaka seperti yoni, lingga, menhir, Ganesha, gong, keris, keramik dan lain-lain. Selain di dalam bangunan penyimpanan benda-benda pusaka, arca-arca  juga ada yang dikumpulkan di rerimbunan pohon weregu di samping bangunan itu. Total seluruh arca yang ada di kompleks tersebut adalah 13 arca. Menurut keterangan juru kunci makam, arca-arca yang terdapat di lokasi ini dikumpulkan oleh R.A.A Kusumadiningrat. Pengumpulan ini dilakukan dalam rangka dakwah agama Islam, sehingga bagi yang mempunyai arca atau berhala diharuskan untuk dikumpulkan di lokasi tersebut. Arca-arca yang terdapat di lokasi ini di antaranya berbentuk arca megalitik, arca tipe Pajajaran, Nandi, Ganesha, dan lingga. Selain itu di lokasi ini juga terdapat lumpang batu dan lapik arca
Dengan mengunjungi kompleks makam ini sebetulnya para peziarah akan mendapatkan dua informasi. Pertama mengenai sejarah perjuangan RAA Kusumadiningrat, dan kedua pola islamisasi yang dilaksanakan oleh RAA Kusumadiningrat. Bagaimana beliau menyikapi terhadap religi terdahulu tercermin dari kondisi arca-arca Hindu yang terkumpul di kompleks makam tersebut. Pengembangan ke aspek wisata ziarah di situs ini sangat didukung dari keletakannya yang di tengah kota serta tersedianya fasilitas bagi pengunjung di lokasi itu.






G.CAGAR BUDAYA GUNUNG PADANG CIKONENG

Pangcalikan



Di Desa Sukaresik, Kecamatan Cikoneng terdapat semacam hutan lindung yang di dalamnya terdapat objek peninggalan purbakala yang oleh masyarakat setempat dinamakan pangcalikan. Lahan seluas sekitar 7 hektar ini kondisi geografisnya berupa perbukitan. Untuk mencapai lokasi ini setelah memasuki kawasan hutan lindung harus melalui jalan setapak berbatu yang menanjak.
Pada kompleks situs Pangcalikan Gunung Padang terdapat objek berupa bangunan berundak, makam, dan kolam. Bangunan berundak di Gunung Padang terpusat pada batu datar yang disebut pangcalikan. Batu ini berada di dalam bangunan semacam cungkup yang dibangun pada 1999 oleh kerabat juru pelihara. Bangunan cungkup menghadap ke arah selatan berukuran 4,42 x 4,62 m berdiri pada lahan yang lebih tinggi dari sekitarnya. Lahan tersebut dibatasi dengan benteng talud batu dengan ukuran panjang 11,76 m dan lebar 12,80 m. Batu pangcalikan terdiri dua bongkah. Batu yang besar berukuran panjang 114 cm, lebar 69 cm, dan tebal 14 m. Sedang batu yang lebih kecil berukuran panjang 45 cm, lebar 28 cm, dan tebal 10 cm. Di sebelah selatan pangcalikan terdapat enam batu tegak dan di sebelah utara terdapat satu batu tegak. Di sebelah utara (belakang) bangunan cungkup terdapat hamparan batu yang bentuk dan ukurannya bervariasi. Jarak dari batas benteng talud ke hamparan batu adalah 3,53 m .
Di sebelah utara bangunan terdapat makam. Makam ditandai dengan nisan berukuran tinggi 44 cm, lebar 25 cm dan tebal 16 cm. Jarak antara makam dengan benteng talud batu 4,85 m.
Di Situs Gunung Padang  terdapat 1 kolam yang disebut cikahuripan dan 3 sumur kecil sebagai sumber mata air. Kolam dan sumur kecil terletak di sebelah utara halaman inti. Kolam Cikahurupan berukuran panjang 4.80 m dan lebar 3.70 cm. Di sebelah utara kolam cikahuripan berjarak ± 4.90 m terdapat tiga sumur kecil sebagai sumber mata yang mengalir ke kolam kahuripan melalui bawah tanah.
Situs Pangcalikan Gunung Padang dikaitkan dengan Kerajaan Galuh. Diceritakan bahwa Sri Maharaja Adi Mulya adalah seorang raja dari kerjaan Galuh. Pada waktu ia memerintah sangat disegani rakyatnya. Beliau mempunyai dua orang istri yang pertama bernama Naga Ningrum berputra Ciung Wanara dan yang kedua Dewi Pangrengep yang berputra Hariang Banga. Sementara beliau memerintah dibantu oleh seorang patih bernama Aria Kebonan dan seorang longser. Aria Kebonan adalah seorang patih yang cukup cakap sehingga segala perintah raja dapat dilaksanakan dengan baik. Pada suatu hari dalam hati kecil Patih  berkeinginan menjadi raja. Keinginan ini kian menjadi sehingga dengan sekuat tenaga Kerajaan Galuh dapat direbutnya. Raja Sri Maharaja Adi Mulya merasa tersingkir dan akhirnya beliau pergi ke sebelah barat bermaksud mengasingkan diri dan bertapa di sebuah tempat dan menyamar dengan mengganti nama menjadi  Ki Hajar Sukaresi. Ada yang mengatakan untuk menghilangkan jejaknya sampai dua badan kasarnya juga dirubah menjadi ular yang sangat besar yang bernama Naga Wiru. Setelah bertapa, dengan dibantu oleh Giri Dawang, beliau berniat untuk merebut kembali tahta Kerjaan Galuh. Setelah kerajaan dapat direbut kembali kerajan itu diserahkan kepada putranya yaitu Ciung Wanara di sebelah barat dan Hariang Banga di sebelah timur. Tempat ketika bertapa dan menyusun kekuatan  inilah bernama Gunung Padang yang sampai sekarang masih bisa dilihat menjadi tempat berjiarah yang banyak dikunjungi. 
Situs Pangcalikan Gunung Padang merupakan peninggalan purbakala yang berhubungan dengan bentuk sistem religi masyarakat masa lampau. Pengembangan untuk sektor pariwisata sebaiknya memperhatikan faktor lingkungan dan makna simbolis yang berkaitan dengan religi masa lampau. Jalan setapak berbatu menuju kompleks situs perlu dipertahankan agar tidak menghilangkan makna simbolis nilai-nilai budaya luhur. Lokasi: Jl. Achmad Dahlan, lingkungan Rancapetir, Kelurahan Linggasari, Kecamatan Cikoneng.